Rabu, 02 November 2011

Mengemis untuk mencicil motor

Ini kisah nyata yang diambil dan di dengar secara langsung oleh penulis. Cerita ini sebenarnya sudah lama ya sekitar 3 bulan yang lalu yang langsung aq post di twit ku @_fatmawati_v3_ (silahkan follow ^-^)

Saya bekerja di salah satu lembaga pemerintah indonesia, setiap hari biasanya naek busway, terkadang nebeng sama temen. Saya turun di halte "LIPI Gatot Subroto" salah satu halte busway koridor 9-10. Salah satu pemandangan yang akan terlihat ketika turun dari busway dan memulai menyusuri lorong halte adalah para pengemis, tukang jualan makan kecil, jualan karet rambut dan sebagainya yang bisa berganti-ganti.

Tetapi ada yang tak pernah ganti sedikitpun yaitu ibu-ibu pengemis beserta anak perempuannya yang masih kecil. Sebenarnya iba sekali melihat ibu dan anak kecil itu.

Suatu hari aku membeli makanan kecil di kantin "LIPI", disitu ada ibu-ibu yang biasanya saya temui di halte busway "LIPI Gatot Subroto" . Ibu -ibu itu dengan lantangnya dia bercerita kepada si aa' penjual makanan kecil. Saya tidak mendengar percakapannya mulai dari awal hanya di akhir kalimat saja. Ibu-ibu pengemis itu mengatakan :
Ibu Pengemis :"tiap hari tu ya mas,, saya dapetnya minimal 60 ribu, itu saya pakai untuk cicilan motor"
aa' Penjual makanan Kecil : "wah lumayan tu,, kirain sampai ratusan ribu" (goda si aa' penjual makanan"
Ibu Pengemis :"wah,, kalau 100 ribu lebih satu hari, tinggal nungging aja saya"

Itu kata yng diucapkan ibu-ibu pengemis itu dan kemudian pergi. Si aa' penjual makanan dan beberapa orang lain yang sedang disitu langsung menyeletuk, "wah enak baget ya ngemis untuk cicil motor, lha wong saya aja uda kerja kaya gini ga punya motor"

Inilah realita yang terjadi di ibu Kota kita tercinta ini, sulit sekali membedakan, mana yang benar-benar membutuhkan, mana yang hanya untuk objek sampingan. Semoga ini menjadi renungan kita semua ^-^

Selasa, 01 November 2011

Tidak Diperdulikan,,,

Kemarin pagi keadaan jalan di sekitar Bendungan Hilir, sangat macet sekali. Karena lama menunggu bemo akhirnya saya jalan kaki menuju pasar Bendungan Hilir. Setelah beberapa menit saya berjalan akhirnya ada bemo yang melewati, dan saya pun menaikinya. Sesampainya dipasar saya pun jalan menuju halte Bendungan Hilir.

Kemacetan itu terjadi di arah masuk ke Pasar Bendungan Hilir nya. Di ujung ada pangkalan ojek, saya melihat ada seorang ibu dan anak perempuannya. Usia ibu-ibu itu sekitar 50 tahunan, dan usia anaknya sekitar 25-30 tahunan. Ibu itu cacat fisik, yaitu kakinya yang tidak bisa berjalan secara normal, jadi ibu itu mengenakan tongkat untuk berjalan serta dibopong pelan-pelan oleh anaknya.

Ibu itu berjalan cukup pelan dengan anaknya, di ujung ada bus nomor "213" jurusan Grogol kampung Melayu. Sepertinya ibu dan anaknya tersebut ingin menaiki bus tersebut, dengan langkah tertatih-tatih ibu tersebut dan anak perempuannya mencoba untuk mempercepat langkahnya aga bisa menyetop bus tersebut. Dari jauh anaknya pun sudah melambaikan tangan untuk menyetop Bus tersebut.

Tapi apa yang terjadi ketika bus sudah didepan mata, Bus tersebut tidak mau berhenti untuk menunggu ibu dan anak perempuannya padahal tinggal beberapa langkah lagi untuk dapat naik. Ibu tersebut terlihat begitu kecewa melihat bus tersebut yang tidak mau menggangkut dirinya dan anaknya.

Melihat kejadian tersebut, aku merasa kecewa dengan pelayanan public yang ada, seharunya orang yang mempunyai kekurangan seperti ibu-ibu tadi diberikan perlakuan yang lebih, bukannya malah tidak diperdulikan seperti itu.