Selasa, 18 Juni 2013

Kepingan Dalam Puing

Kepingan dalam puing
Itukah yang kau lihat sekarang?
Apakah kau bisa melihat hal sebelum puing?
Berdiamlah sejenak
Dan 
Lihatlah puing
Rasakan puing
Baca keadaan puing
Puing dalam kehancuran
Puing dalam serakan
Puing dalam perpecahan
Cukupkah itu yang kau lihat?
Puing dalam satu dua dan sekian jumlahnya
Dapatkah kau merasakan jika puing-puing itu bersatu?
Satu dalam sebuah kesatuan yang utuh
Menjadi tempat yang bermanfaat
Menjadi tempat untuk bersosialisasi
Tumbuh dan berkembang
Menjadikan hal yang biasa menjadi luar biasa
Tidak tau menjadi tahu dalam sebuah didikan
Kenapa harus menjadi puing?
Sebuah kehancuran kecil dalam puing
Yang tak menyisakan sedikitpun semangat untuk terus bangkit
_Lapangan Rumah Baca FWE_


....

Rapuhnya raga
Tegaknya jiwa
Terbalut dalam lampauan kedewasaan
Sepi dalam rasa 
Ramai dalam keadaan
Untuk kerinduan yang terbendung mengikat batin
Rasa itu sudah mencuat kedalam qolbu
Sudah tak berasa jika rasa itu ada yang salah
Eksploitasi dalam balutan kasih sayang

Aku bukan anak kecil semuranku yang harus bermain
Tetapi aku masih ingin bermain seperti yang lain
Aku ingin mamaku bisa bahagia
Walapun aku dalam ketidak mampuan

#untuk tasya syafikillah...

Untukmu Tasya

Untukmu
Yang baru aku kenal lewat sebuah cerita
Sesosok dalam bingkai smartphone
Terbalut dalam “angan”

Untukmu 
Yang belum lama aku temui dalam dunia nyata
Pipis di tempat tidur, itu perjumpaan pertama kita
Isak tangis kecilpun mengiringi
“kakak, pengen pulang…..”
“pengen nenggok rumah, pengen ketemu mama….”
Aku memang bukan penenang yang baik,
Tapi aku hanya berusaha memberi sedikit pengertian
Sedikit dan kemudian kubalut dalam dekapan “ayatMu”

Untukmu yang sedang merindu
Aku jatuh cinta
Bukan hanya aku, tetapi kamu dan mereka juga demikian
Kami ada untukmu
Bukan ragu untuk mendekatimu
Tetapi bahagia akhirnya aku bisa bertemu denganmu
Sosokmu dalam dunia nyata lebih terasa

Kagumku untukmu
Luar batas pikiramu membuat aku belajar
Bagaimana orang dewasa bisa menjadi dewasa bukan hanya dalam “angka”
Rasa berbagi yang tinggi dalam keterbatasan

Senyumu
Itu yang sudahku nanti sekian lama
Satu dua dan tiga senyuman itu ada
Tapi malam itu, lebih dari biasanya