Prasangka
Bagaimana bersikap terhadap orang
lain, apa dan apa?
Dugaan atau sebuah prasangka,
apakah itu?
Sikap, kita terhadap orang lain
bisa terjadi dari refleksi prasangka. Bagaimana tidak, kita ingin mengungkapkan
apa, tetapi orang lain menganggap apa? nah ini lah yang biasa disebut
"miss" komunikasi. Terkadang kita tidak mau tahu, apa pendapat orang
lain, bodo amat, yang penting pendapat gue seperti ini. Yups, terkadang dari
sini kesimpulan diambil dengan langkah yang sangat cepat, masuklah disini yang
bernama "emosi". Lawan main bicarapun, yang awalnya ingin
menjelaskan, menjadi sebaliknya yaitu terbawa dalam arus yang bernama
"emosi". Yups, emosi bak virus yang menjangkit, secepat kilat, itu
jika sama-sama tak bisa mengontrol, atau bisa jadi komunikasi dalam via
jejaring sosial, tanpa bertatap muka. hal ini sering kali terjadi, karena emosi
yang terlihat hanya dalam satu sisi, yaitu memihak dalam dirinya sendiri,
kembali lagi ke "prasangka" satu arah.
Berbeda jika berkomunikasi,
dengan penahanan emosi dalam satu pihak, atau komunikasi dua arah langsung
(tatap muka, bukan lewat jejaring sosial). Ini akan lebih mudah untuk dipahami,
bagaimana sebuah sikap merefleksikan prasangka.
Kita hanya manusia biasa yang
tidak bisa membaca hati manusia lainnya, yang bisa kita lakukan adalah
dengarkan, cerna dan merefleksikan.
Diskriminasi
Diskriminasi merujuk kepada
pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, di mana layanan ini
dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut.
Diskriminasi merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat
manusia, ini disebabkan karena kecenderungan manusian untuk membeda-bedakan
yang lain.
Diskriminasi langsung, terjadi
saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan karakteristik
tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya
peluang yang sama.
Diskriminasi tidak langsung,
terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif saat
diterapkan di lapangan.
Ketika mendiskriminasikan sesuatu, hendaknya kita
berkaca terhadap diri sendiri, apakah kita sebagai individu mau menerima
perlakukan diskriminasi dari orang lain. Jangan sampai perbedaan budaya,
perbedaan tingkat kejejahteraan menyebabkan timbulnya diskriminasi.
Etnosentris
Etnosentrisme terjadi jika
masing-masing budaya bersikukuh dengan identitasnya, menolak bercampur dengan
kebudayaan lain. Porter dan Samovar mendefinisikan etnosentrisme seraya
menuturkan, “Sumber utama perbedaan budaya dalam sikap adalah etnosentrisme,
yaitu kecenderungan memandang orang lain secara tidak sadar dengan menggunakan
kelompok kita sendiri dan kebiasaan kita sendiri sebagai kriteria untuk
penilaian. Makin besar kesamaan kita dengan mereka, makin dekat mereka dengan
kita; makin besar ketidaksamaan, makin jauh mereka dari kita. Kita cenderung
melihat kelompok kita, negeri kita, budaya kita sendiri, sebagai yang paling
baik, sebagai yang paling bermoral.”
Ini juga bisa terjadi dengan
pandangan kita terhadap kenalan remaja saat ini, terkadang kita memandang
rendah anak-anak yang terjangkit dengan tindakan asusila. Padahal belum tentu
hal tersebut dilakukan atas kemauan mereka pribadi. Bisa jadi karena sebuah
paksaan dan tekanan dari pihak lain sehingga mengakibatkan tindakan tersebut,
sedangkan masyarakat tidak mau tahu tentang sebab kenapa hal tersebut terjadi,
hal ini menimbulkan etnosentris.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar