Senin, 29 Maret 2010

Sifat Pemaaf Rasulullah saw

Nabi-nabi dibangkitkan Allah taala agar manusia bisa mencontoh akhlak mulia mereka serta membimbing manusia teguh di jalan yag benar sejalan dengan petunjuk Tuhan. Para nabi selalu memperlihatkan sifat-sifat akhlak yang mulia pada saatnya yang tepat sehhingga bisa dicapai tingkat efektivitas yang terbaik. Sebagai contoh, sifat memaafkan adalah suatu hal yang patut dipuji ketika ia yang teraniaya lalu memiliki kekuatan untuk membalas dendam namun tidak dilakukannya.

Akhlak memaafkan Rasulullah saw adalah suatu akhlak yang tiada tara bandingannya. yang beberapa contoh adalah sebagai berikut:
Seorang lelaki Arab bernama Tsumamah bin Itsal dari Kabilah Al Yamamah pergi ke Madinah dengan tujuan hendak membunuh Nabi Shalallahu alaihi wa sallam. Segala persiapan telah matang, persenjataan sudah disandangnya, dan ia pun sudah masuk ke kota suci tempat Rasulullah tinggal itu. Dengan semangat meluap-luap ia mencari majlis Rasulullah, langsung didatanginya untuk melaksanakan maksud tujuannya. Tatkala Tsumamah datang, Umar bin Khattab ra. yang melihat gelagat buruk pada penampilannya menghadang. Umar bertanya, “Apa tujuan kedatanganmu ke Madinah? Bukankah engkau seorang musyrik?”

Dengan terang-terangan Tsumamah menjawab, “Aku datang ke negri ini hanya untuk membunuh Muhammad!”.

Mendengar ucapannya, dengan sigap Umar langsung memberangusnya. Tsumamah tak sanggup melawan Umar yang perkasa, ia tak mampu mengadakan perlawanan. Umar berhasil merampas senjatanya dan mengikat tangannya kemudian dibawa ke masjid. Setelah mengikat Tsumamah di salah satu tiang masjid Umar segera melaporkan kejadian ini pada Rasulullah.

Rasulullah segera keluar menemui orang yang bermaksud membunuhnya itu. Setibanya di tempat pengikatannya, beliau mengamati wajah Tsumamah baik-baik, kemudian berkata pada para sahabatnya, “Apakah ada di antara kalian yang sudah memberinya makan?”.

Para shahabat Rasul yang ada disitu tentu saja kaget dengan pertanyaan Nabi. Umar yang sejak tadi menunggu perintah Rasulullah untuk membunuh orang ini seakan tidak percaya dengan apa yang didengarnya dari Rasulullah. Maka Umar memberanikan diri bertanya, “Makanan apa yang anda maksud wahai Rasulullah? Orang ini datang ke sini ingin membunuh bukan ingin masuk Islam!” Namun Rasulullah tidak menghiraukan sanggahan Umar. Beliau berkata, “Tolong ambilkan segelas susu dari rumahku, dan buka tali pengikat orang itu”.

Walaupun merasa heran, Umar mematuhi perintah Rasulullah. Setelah memberi minum Tsumamah, Rasulullah dengan sopan berkata kepadanya, “Ucapkanlah Laa ilaha illa-Llah (Tiada ilah selain Allah).” Si musyrik itu menjawab dengan ketus, “Aku tidak akan mengucapkannya!”. Rasulullah membujuk lagi, “Katakanlah, Aku bersaksi tiada ilah selain Allah dan Muhammad itu Rasul Allah.” Namun Tsumamah tetap berkata dengan nada keras, “Aku tidak akan mengucapkannya!”

Para sahabat Rasul yang turut menyaksikan tentu saja menjadi geram terhadap orang yang tak tahu untung itu. Tetapi Rasulullah malah membebaskan dan menyuruhnya pergi. Tsumamah yang musyrik itu bangkit seolah-olah hendak pulang ke negrinya. Tetapi belum berapa jauh dari masjid, dia kembali kepada Rasulullah dengan wajah ramah berseri. Ia berkata, “Ya Rasulullah, aku bersaksi tiada ilah selain Allah dan Muahammad Rasul Allah.”

Rasulullah tersenyum dan bertanya, “Mengapa engkau tidak mengucapkannya ketika aku memerintahkan kepadamu?” Tsumamah menjawab, “Aku tidak mengucapkannya ketika masih belum kau bebaskan karena khawatir ada yang menganggap aku masuk Islam karena takut kepadamu. Namun setelah engkau bebaskan, aku masuk Islam semata-mata karena mengharap keredhaan Allah Robbul Alamin.”

Pada suatu kesempatan, Tsumamah bin Itsal berkata, “Ketika aku memasuki kota Madinah, tiada yang lebih kubenci dari Muhammad. Tetapi setelah aku meninggalkan kota itu, tiada seorang pun di muka bumi yang lebih kucintai selain Muhammad Rasulullah.”

Berkenaan dengan akhlak memaafkan Rasulullah yang paling fenomenal adalah ketika beliau memaafkan orang-orang mekkah pada peristiwa Fattah Mekkah.

Kita mengetahui bahwa musuh-musuh Islam menganiaya Rasulullah saw dan para pengikut beliau, tetapi ketika beliau berada pada posisi yang mana dia bisa saja memperlakukan musuh yang takluk itu sesuka hati. tetapi ketika kekuatan itu beliau miliki, beliau memperlihatkan kemurahan hati yang luar biasa.

Tidak ada kesusahan yang tidak ditimpakan Abu Jahal dan teman-temannya kepada Rasulullah saw. Wanita-wanita Islam yang malang diikatkan pada unta dan unta-unta itu disuruh berlari ke arah yang berlainan – merobek-robek tubuh wanita Islam itu; Kesalahan mereka hanyalah karena menyatakan la ilaaha illahllah – tiada Tuhan Kecuali Allah. Walau demikian Rasulullah saw mendidik kesabaran dan ketika Makkah ditaklukkan beliau memafkan mereka semua dengan mengatakan:

Laa tatsriba alaikumul yaumua.

(Hari ini tidak akan ada yang menyalahkan kalian semua).

Betapa besar kesempurnaan akhlak Rasulullah saw yang tiada banding dimanapun… Allahumma shalli ala muhammad.

Kita para pecinta sejati Rasulullah pun hendaknya menerapkan akhlak Rasulullah dalam memaafkan.

sumber : AgamaIslam.info

1 komentar: