Kamis, 06 Februari 2014

Rindu akan Pemimpin yang “Manusiakan Manusia”


Habibi di Mata Najwa (05 Februari 2014 , 20:00)

Subhanallah melihat beliau sungguh kagum, sangat mencintai bangsa ini. Sempet sebelumnya saya bertanya kepada diri saya sendiri, adakah pemimpin Indonesia yang menggunakan cara Rosulullah? Yaitu bukan hanya menggunakan “logika, dan ilmu” karena negara tidak bisa dipisahkan sedikitpun dengan DienMu., dalam Islam disebutlah ulil Amri

An –Nisa : 59
Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya) dan ulil amri diantara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rosul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) da lebih baik akibatnya.

Imam an-Nawawi rahimahullah berkata, “Para ulama mengatakan: Yang dimaksud dengan ulil amri adalah orang-orang yang Allah wajibkan untuk ditaati yaitu penguasa dan pemerintah. (http://muslim.or.id/manhaj/ulil-amri.html). Nah melihat pernyataan tersebut, wajiblah bagi kita untuk menaati pemimpin kita. BJ. Habibie adalah salah satu Presiden Indonesia yang mengabungkan “logika, ilmu dan dien” dalam kesatuan yang utuh untuk memimpin negara ini. Kecerdasan logika yang diiringi dengan ilmu dariNya. Menurut bahasa saya bisa memanusiakan manusia.
Melihat beliau seperti itu, jadi membayangkan, bagaimana ketika zaman rosulullah dahulu ya? Kita adalah umat yang paling disayangi beliau karena kita tak penah melihat secara langsung ajaran-ajarannya, tetapi kita bisa terus belajar menjalankan ajarannya,dan mencintai beliau. Pak BJ. Habibie dengan segala kecerdasasan yang dimiliki oleh beliau, apalagi rosul? Subhanallah, pasti berlipat kali lebih dari beliau. Saya jadi membayangkan, apa yang akan terjadi pada Indonesia jika rosul memimpin Indonesia? Pasti sempurna. Saya secara pribadi merindukan sosok pemimpin yang tidak hanya mempunyai kecerdasan logika, tetapi juga memiliki kecerdasan hati yang bisa menyeimbangkan keduanya. Terlepas dari manusia yang mempunyai kelemahan tempat salah dan lupa, yang merupakan fitrah. Bukan sebuah alasan untuk tidak berusaha menjadi lebih baik.
Kagum ketika mendengar beliau ditentang dan melihat dari balik layar kaca, kemudian langsung memimpin sholat jamaah, ditemani oleh sang isri Ibu Ainun, dan anak-anaknya. Rasa syukur yang tinggi, ketika Allah melindunginya dan keluarganya. Mampu menahan “ego” cita-cita demi kemakmuran rakyat. Harta dan Tahta yang merupakan amanat telah dikerjakan dengan baik(insyaAllah), semua dikesampingkan demi “rakyat” , bukan malah memihak kepada golongan tertentu. Miris ketika melihat Baligho besar dijalan, tertuliskan nama Presiden kita mengucapkan “Imlek” , tetapi bukan sebagai “Presiden” melainkan sebagai ketua “Partai”. Sempat ngobrol dengan teman, kita ini punya “Presiden” atau “Ketua Partai” ? Pertanyaan yang sangat menarik, dan miris sekali.
Seseorang yang seharusnya menjadi “Ulil Amri” malah memihak kepada golongan tertentu, Bapak yang terhormat, tidakkah kamu malu dengan rakyatmu? Rakyat sangat mengagumi engkau tetapi engkau lebih bangga dikenal dengan “golongan” tertentu. Miris sekali.
Sempat melihat di acara televisi yang lain yang membahas tentang “Selfie” . Selfie adalah foto yang menarik, ditunjukkan salah satu foto Bapak dengan salah seorang PM negara tetangga, kenapa masih sempat melakukan hal itu? Manusiawi jika bapak lakukan diluar agenda kenegaraan, tetapi jika dilakukan dalam agenda kenegaraan? Apa kata masyarakat? Bapak bukanlah “Artis” melainkan “Pemimpin”. Terkadang saya juga berfikir, ketika pemimpinnya belum bisa memperbaiki diri, bagaimana dengan masyarakatnya?
Saat ini Indonesiaku tercinta sedang mengalami “Teguran” dariNya,. Sapaan halus, yang terkadang kita masih belum “nggeh” . Disini saya tidak menyalahkan siapapun, tetapi kembali kepada diri sendiri, apakah kita “nggeh” dengan sapaan yang Allah berikan itu? Masihkah kita berjalan dimuka bumi ini dengan sombong. Hello, Allah punya “Kun Fa Yaa Kuun”, yang bisa dengan mudah menganti umatnya dalam sekejap yang Allah inginkan.

Terlepas dari itu semua, ini hanya coretan saya atas apa yang yang saya lihat, rasakan dan saya dengar. Saatnya memperbaiki diri sendiri, dan aku selalu merindukan sosok “Pemimpin yang Memanusiakan Manusia”.    



Tidak ada komentar:

Posting Komentar