Senin, 21 Maret 2011

Tingkat kesabaran yang rendah,,,

Astaqfirullah,,,,
Tiap kali aku mengahadapi masalah yang sebalnya saat itu juga, aku selalu tak bisa kendalikan emosi dalam diri. Aku sesak, sebal, dan menangis, apalagi kalau hal itu menurut ku tak adil. Sampai saat ini masih belum bisa untuk mengendalikan hal itu. Perasaan yang ingin adil, walaupun kadang memang itu tidak bisa di lakukan, dan menurutku itu seharusnya bisa. Bisa untuk semua orang, “semua oranng bisa kenapa aku tidak bisa,,,? Kenapa,,,,? “ itulah yang sering aku eluhkan.
Hal itu selalu terlontarkan dalam benak ku, yang ada aku hanya bisa menangis, tak dapat kutahan lagi air mata sebal ku saat aku harus berhadapan langsung dengan orang, ketika kesebalan itu sudah memuncak dalam benak ku. Ingin rasanya aku teriak,,,, “IHHH,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, SUNGGUH MENYEBALKAN” tapi aku tak bisa melakukan itu, aku hanya bisa menangis dan sebal dan saat itu juga aku teringat “Astaqfirullah,,,ya Allah ampunilah hambaMu ini yang selalu mengeluh, berilah hamba kekuatan untuk menahan amarah ini,,,”.
Aku membutuhkan waktu untuk bisa meredam amarah ku, waktu untuk menyendiri sementara waktu. Tak bisa aku berinteraksi dengan orang saat aku mengalami kesebalan yang tinggi, aku butuh sebuah ketenangan untuk bisa mengendalikan diri.

Sudah siapkah untuk menikah,,,?

Sudah siapkah untuk menikah,,,?
Ehm,,,, pertanyaan ini sedikit sensitive bagi kalangan remaja, tapi bagi kalangan laki-laki dan perempuan yang sudah berumur 20 tahun lebih ini merupakan topic yang sangat menarik,,, J
Dua hari yang lalu tepatnya 16 Maret 2011 ,jam menjelang tidur, aku mengobrol dengan salah satu teman kos ku, awalnya kita disini mengobrol just becanda- becanda , saling bercerita tentang pengalaman hari itu saat berada di kantor.
Dan entah mulai dari mana kita tiba-tiba membicarakan sesuatu yang berhubungan dengan pernikahan. Ehm,, topik yang sangat menarik sekali untuk di bahas tentunya bagi kita. Sebelumnya kita juga sempat berdiskusi tentang bagaimana sebuah kesiapan dan persiapan pernikahan. Disini pembicara utamamnya adalah teman ku, dan aku memanggilnya “Mbak “ karena dia 2 tahun lebih dari saya. Disini si “mbaknya” berbicara tentang sebuah keberanian untuk menikah, dan hal ini sedikit membuka pikiranku tentang sebuah pernikahan.
“Mbaknya” menyebutkan saat kita ditanya “apakah sudah siap untuk menikah,,,,?” Pasti banyak orang yang menjawab, belum siap karena ini dan itu. Itu sudah menjadi rahasia umum, Tapi disini mbaknya sedikit mengupas tentang sebuah kesiapan dalam atau saat ingin menikah. Yang dibutuhkan adalah keberanian, keberanian dalam diri kita, apakah kita berani untuk menikah atau tidak, dan kesiapan itu sebenarnya hanya Allah, bukan manusianya. Jika Allah sudah menetapkan dalam hati kita kita siap, siapa yang akan menolak, walaupun secara ucapan dan hati masih ragu untuk melakukannya. Seorang anak yang sudah baligh itu secara medis sudah siap untuk meniikah, walaupun kodisinya belum matang, tapi jika Allah sudah menentukan jodoh bagi dia, tidak ada yang bisa mengelaknya lagi.
Hal itu membuat pikiranku terbuka, jika kita tidak berani untuk melakukannya maka kita tidak adkan pernah siap dan tidak akan mungkin itu terjadi, karena sebuah teori – teori tentang pernikahan itu akan muncul saat dipraktekkan di saatnya, dan teori tidak selalu sama dengan prakteknya karena setiap masalah dalam sebuah pernikahan itu tidak selalu sama.
Perbincangan kita yang kedua adalah soal, sebuah ungkapan perasaan seorang laki-laki, “mbaknya” mengatakan, seharusnya seorang laki-laki yang mengungkapkan perasaannya, harusnya siap dengan apa yang dituju, untuk apakah dia mengungkapkan perasaannya, apakah hanya sekedar mengungkapkan, atau bagaimana. Jika seorang laki-laki itu dating hanya untuk mengucapkan “aku suka kamu”, tanpa maksud apa-apa, berarti dia belum siap dengan apa yang diucapkan. Jika seorang laki-laki sudah mengatakan persaannya terhadap seorang perempuan, seharusnya dia sudah siap dengan makksud tujan untuk mengungkapkan perasaan itu, karena setipa orang yang mendapatkan pernyataan atau ungkapan seperti itu, pasti akan memikirkan apa yang dia dengar.
Resikonya adalah sangat besar bagi orang yang sudah siap mengungkapkan tapi tidak siap untuk menjalankan. So, buat kaum laki-laki, ketika anda mengungkapkan perasaan anda kepada seorang wanita, sebaiknya perlu di pikirkan kembali, apa maksud dari mengungkapkan. Ada juga yang berpendapat bahwa mengungkapkan agar lega, ,,, ini salah satu persepsi yang sedikit perlu di koreksi kembali. Karena saat mengungkapkan, pastilah mau tidak mau yang menerima pernyataan tersebut pasti akan memikirkan hal itu. Entah suka maupun tidak pasti itu akan menganggu pikirannya. Janganlah sampai tujuan yang baik malah membuat orang lain menjadi kepikiran.

Selasa, 15 Maret 2011

Dewasa atau Menjadi "Si Bocah,,,"

Tak terasa sudah 21 tahun lebih delapan bulan Allah memeliharaku, memberikan nikmat yang tak pernah tergantikan. Angka 2 menjadi angka awal di umur ku yang sekarang, bahkan aku tak pernah membayangkan angka 2 kini sudah menjadi angka utama dalam umur ku.
Saat dalam kehidupan ku tahun lalu, aku masih berada dalam lingkungan seumuran, bergaul dengan seumuran, canda gurau pun tak pernah lepas. Entah sebuah ejekan, atau hanya celoteh belaka. Bergaul dengan mereka yang seumuran adalah hal yang sudah biasa di lakukan.

Tapi saat ini, hal itu sudah berbeda, minimum nya teman yang seumuran dalam lingkup kantor, serasa menjadi yang paling kecil, dan bahkan ada yag menyebutku "si bocah". Lucu juga sebutan ini, dan bahkan aku belum pernah mendapatkan sebutan seperti ini sebelumnya. Diperlakukan sebagai anak kecil, yang bisa diajak main2, becandaan , selayaknya mengoda anak kecil,,,, :) , bahkan aku pun terlarut di dalamnya. Anak bontot,, ada juga yang bilang seperti itu,,,just joke, mungkin bagi mereka.

Berteman dengan orang-orang yang lebih dewasa, bahkan ada yang lebih dewasa dari orang tua ku ,,,:). Berada dalam lingkungan yang berilmu tinggi,,, :) (ilmu putih pastinya),,,
Dengan para prof, dan para pejabat-pejabat kantor.
Terkadang bingung, harus memperlakukan mereka seperti apa? Dalam hal kesopanan? dalam bercanda, batasan-batasannya seperti apa,,,?

Dewasa di saat berada dalam lingkungan sebaya dan menjadi "si bocah" dikalangan mereka yang dewasa,,, :)
Seorang bocah kecil yang masuk dalam lingkungan orang-orang dewasa. :)

Senin, 07 Maret 2011

Sifat lalai manusia

Manusia,,,,
oh manusia, banyak lalai, banyak mengulang kesalahan yang sama, dan itulah sifat manusia, dan sudah tertera dalam Al-quran, akan hal itu. Dan Allah pun tidak membiarkan hal itu begitu saja. Allah juga mengulang-ulang perintahnya, di tiap ayat- ayatnya.
Maha suci engaku, dan Maha dari segala Maha, sifat-sifatMu sungguh tidak ada yang luput satu pun sempurna. Pemelihara Alam yang elok,,,,,
Tak ada ciptaan Mu yang sia2, 1 pun. Semua pasti ada manfaat di baliknya, seperti juga masalah, musibah, yang menimpa pada diri kita, tak lain, hanya Allah ingin menguji, seberapa besar kesabaran kita menghadapi itu semua,,,,? seberapa kecintaan kita padanya. apakah kita lebih cinta dengan apa yang ada dalam dunia ini,,? apakah dengan surga yang jauh lebih indah dari dunia ini. "Janji Allah yang Pasti".
Janji Manusia, sesuai dengan yang di atas, manusia yang lalai itu pasti, belum tentu semua janjinya di tepati, karena yang berkehendak adalah Allah, dan diri manusia itu sendiri, berusaha atau kah tidak untuk menemapti sebuah janji itu.

Oleh karena itu, yang pasti hanya 1 janji Allah SWT.

Saat kita dalam ujiannya, apakah kita berusaha untuk mengingatnya,,,,? kebanyakan jawabannya adalah iya. tapi saat ujian itu sudah selesai,,,, apakah kita tetap mengingatnya,,,,?

ini yang perlu kita introspeksi dari diri kita, agar tetap mengingatnya di kala apapun.....

Banyak sekali pelajaran yang kita dapatkan saat menghadapi sebuah ujian dariNya :
1.Pendekatan diri kepadaNya
2.Kesabaran
3.Bagaimana cara kita menyelesaikannya