Kamis, 09 Januari 2014

Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Kemiskinan

Ilmu Pengetahuan
Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Alquran merupakan intisari dari ilmu pengetahuan, tetapi pengetahuan ini terkandung didalam  Al-Quran sebagai benih dan prinsip. Alquran memuat segala ilmu pengetahuan, termasuk kosmologi dan pengetahuan tentang alam semesta. Al-Quran bukan hanya sumber pengetahuan metafisis dan religius melainkan juga sumber segala pengetahuan. Al-Quran adalah pedoman dan sekaligus kerangka segala kegiatan intelektual islam.
Teknologi
Teknologi adalah keseluruhan sarana untuk menyediakan barang-barang yang diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia.
Teknologi bia menjadi acuan manusia lebih positif, bia juga menjadi negatif. Dengan adanya teknologi yang berkembang sat ini, kemudahan-kemudahan akan semakin meningkat, mulai dari kemudahan untuk pelayanan diri sendiri terhadap kebutuhan. Misalkan saja, mesin cuci, saat ini hanya cukup memasukkan pakaian kedalam mesin, dan mencampukan dengan detergent, kita bisa melakukan hal lain, hingga pakaian yang kotor tersebut selesai dicuci, bahkan bisa sampai kering dan bisa langsung disetrika.
Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,dll.

Ketika kita melihat kemiskinan, tidaklah patut untuk berdiam diri. Tetapi kita harus ikut bergerak bagaimana cara mengentaskan mereka dari kemiskinan. Seperti halnya dengan peminta-minta dijalanan saat ini. Bisa jadi uang yang didapat lebih besar dari gaji yang kita dapatkan tiap bulannya, tetapi mental yang ada dalam diri mereka adalah kemiskinan, tanpa sebuah usaha untuk mendapatkan penghasilan. Kita harus bisa memilah mana orang yang miskin, dan mana orang yang mempunyai mental miskin. Dua hal tersebut mempunyai penanganan yang berbeda. Ketika orang tersebut dalam garis kemiskinan, dalam keadaan tidak mampu, mereka masih mempunyai semangat yang tinggi untuk berusaha, dengan kita memberikan pelatihan-pelatihan keterampilan tertentu (misalnya: pelatihan daur ulang) hal ini akan membanu mereka untuk memperoleh penghasilan yang lebih. Sedangkan orang yang mempunyai mental miskin seperti para peminta dijalanan, kita harus lebih penanganan terhadap mainset terlebih dahulu, karena mereka mengorientasikan penghasilan dan usaha sangat bebandung terbalik.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar