Berbicara tentang psikologi anak,
mungkin aku memang belumlah terlalu faham dengan hal itu. Apalagi yang
berhubungan dengan “pergaulan bebas” , nah… ini ada beberapa kemungkinan yang
akan terjadi pada anak yang terkena dampak ini. Disini saya tidak akan menjelaskan
bagaimana hal itu terjadi tetapi lebih kedampak.
1. Kekecewaan
terhadap diri sendiri
2. Keinginan
untuk mengulangi lagi
3. Kekecewaan
terhadap orang lain yang cukup besar (saat ditinggalkan)
4. Sadar
untuk berubah
5. Menjadi
lebih baik
Berbicara tentang kekecewaan
terhadap diri sendiri, ini pasti terjadi dalam hati kecil seseorang terlebih
perempuan. “Kenapa” menjadi sebuah pertanyaan besar, walaupun terkadang hal itu
dilakukan atas nama “suka” sama “suka”. “Kenapa aku mau melakukan itu”, atas
sebuah paksaan ataupun rayuan, atau bahkan karena pergaulan disekitar yang
membuatnya penasaran ingin mencoba seperti teman yang lain. Ada juga yang
menyebutnya ini adalah sebuah “gengsi”, dimana saat keperawanan itu ada, “ih”
hari gini masih belum pernah “nyobain”? Nah itu yang menjadi permasalahan.
Gangguan psikologis tepatnya,
mengulang hal yang buruk. Siapa yang terugikan dengan keadaan tersebut? Tentu
dua-duanya terugikan. Keduannya, ingin mengubah dirinya, tetapi keinginan yang
kuat jika tidak didorong dengan kemauan dan aksi tidak akan berhasil, layaknya
penghisap nikotin yang kecanduan setiap saat. Walapun dia tahu akibat apa yang
akan dideritanya pada sekian tahun kedepan, tetaplah dia melakukan hal yang
sama.
Dan bagi perempuan, dia akan
merasa kecewa dengan dirinya sendiri, kenapa mau melakukan hal itu? Ada
keingininan mengulang, jika itu sudah menjadi sebuah kebiasaan dalam hubungan
yang tidak sehat, walaupun dalam hati kecil ingin berubah.
Masing masing akan merasakan
sebuah kekecewaan terhadap dirinya sendiri, dan merasa minder dengan keadaan
sekitar. Atau bahkan da akan dikucilkan jika aibnya sampai tersebar. Hal yang
palin utama adalah pihak keluarga sangat berperan penting. Bukan untuk
menyalahkan atau menghakimi keduanya, tetapi bagaimana kita mendobrak semangat
mereka untuk berubah menjadi lebih baik. Bangun sebuah kepercayaan terhadap
mereka bahwa kita ada untuk mereka. Kita merasakan kekecewaan yang ada dalam
hati mereka. Posisikan emosi dalam titik terendah, posisikan pengertian dalam
posisi tertinggi. Karena yang dibutuhkan anak yang seperti itu adalah
kenyamanan mereka untuk berbagi cerita, apa yang mereka rasakan, kenapa bisa
melakukan hal itu. Fahami, dan mengerti, setelah itu baru kita masukkan
nilai-nilai agama didalamnya. Berikanlah cerita-cerita jaman rosul bagaimana
Allah itu Maha Pengampun atas segala dosa. Ketika manusia mau berusaha, taka da
ampunan Allah yang tak mungkin, karena Allah selalu mengikuti prasangka
hambanya. Dimana hambanya mempunyai keinginan walaupun seujung kuku, Allah akan
mencatatnya sebagai amalan.
Ada laki-laki yang baik untuk
wanita yang selalu berusaha memperbaiki dirinya, ada wanita baik-baik untuk
laki-laki yang selalu berusaha memperbaiki dirinya.
Kesadaran diri untuk berubah itu
tumbuh dalam diri manusia itu sendiri, tetapi dorongan tetaplah dari luar.
Terlebih orang-orang yang telah kita percayai. Jangan sampai sebagai orang tua,
kita mendapatkan kepercayaan yang buruk dari anak.
Jadilah orang tua sebagai sahabat
yang tidak menghakimi, tetapi menuntun kita perlahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar