Kamis, 23 Januari 2014

Psikologi anak menurut saya


Berbicara tentang psikologi anak, mungkin aku memang belumlah terlalu faham dengan hal itu. Apalagi yang berhubungan dengan “pergaulan bebas” , nah… ini ada beberapa kemungkinan yang akan terjadi pada anak yang terkena dampak ini. Disini saya tidak akan menjelaskan bagaimana hal itu terjadi tetapi lebih kedampak.
1.       Kekecewaan terhadap diri sendiri
2.       Keinginan untuk mengulangi lagi
3.       Kekecewaan terhadap orang lain yang cukup besar (saat ditinggalkan)
4.       Sadar untuk berubah
5.       Menjadi lebih baik

Berbicara tentang kekecewaan terhadap diri sendiri, ini pasti terjadi dalam hati kecil seseorang terlebih perempuan. “Kenapa” menjadi sebuah pertanyaan besar, walaupun terkadang hal itu dilakukan atas nama “suka” sama “suka”. “Kenapa aku mau melakukan itu”, atas sebuah paksaan ataupun rayuan, atau bahkan karena pergaulan disekitar yang membuatnya penasaran ingin mencoba seperti teman yang lain. Ada juga yang menyebutnya ini adalah sebuah “gengsi”, dimana saat keperawanan itu ada, “ih” hari gini masih belum pernah “nyobain”? Nah itu yang menjadi permasalahan.
Gangguan psikologis tepatnya, mengulang hal yang buruk. Siapa yang terugikan dengan keadaan tersebut? Tentu dua-duanya terugikan. Keduannya, ingin mengubah dirinya, tetapi keinginan yang kuat jika tidak didorong dengan kemauan dan aksi tidak akan berhasil, layaknya penghisap nikotin yang kecanduan setiap saat. Walapun dia tahu akibat apa yang akan dideritanya pada sekian tahun kedepan, tetaplah dia melakukan hal yang sama.
Dan bagi perempuan, dia akan merasa kecewa dengan dirinya sendiri, kenapa mau melakukan hal itu? Ada keingininan mengulang, jika itu sudah menjadi sebuah kebiasaan dalam hubungan yang tidak sehat, walaupun dalam hati kecil ingin berubah.
Masing masing akan merasakan sebuah kekecewaan terhadap dirinya sendiri, dan merasa minder dengan keadaan sekitar. Atau bahkan da akan dikucilkan jika aibnya sampai tersebar. Hal yang palin utama adalah pihak keluarga sangat berperan penting. Bukan untuk menyalahkan atau menghakimi keduanya, tetapi bagaimana kita mendobrak semangat mereka untuk berubah menjadi lebih baik. Bangun sebuah kepercayaan terhadap mereka bahwa kita ada untuk mereka. Kita merasakan kekecewaan yang ada dalam hati mereka. Posisikan emosi dalam titik terendah, posisikan pengertian dalam posisi tertinggi. Karena yang dibutuhkan anak yang seperti itu adalah kenyamanan mereka untuk berbagi cerita, apa yang mereka rasakan, kenapa bisa melakukan hal itu. Fahami, dan mengerti, setelah itu baru kita masukkan nilai-nilai agama didalamnya. Berikanlah cerita-cerita jaman rosul bagaimana Allah itu Maha Pengampun atas segala dosa. Ketika manusia mau berusaha, taka da ampunan Allah yang tak mungkin, karena Allah selalu mengikuti prasangka hambanya. Dimana hambanya mempunyai keinginan walaupun seujung kuku, Allah akan mencatatnya sebagai amalan.
Ada laki-laki yang baik untuk wanita yang selalu berusaha memperbaiki dirinya, ada wanita baik-baik untuk laki-laki yang selalu berusaha memperbaiki dirinya.
Kesadaran diri untuk berubah itu tumbuh dalam diri manusia itu sendiri, tetapi dorongan tetaplah dari luar. Terlebih orang-orang yang telah kita percayai. Jangan sampai sebagai orang tua, kita mendapatkan kepercayaan yang buruk dari anak.
Jadilah orang tua sebagai sahabat yang tidak menghakimi, tetapi menuntun kita perlahan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar